Senin, 17 November 2014

1. Lakukan pengecekan V-belt dengan membuka baut cover CVT, lepas selang udara dengan obeng plus (laki-laki), buka mur crankshaft untuk melepas belt penggerak atau istilah mekaniknya drive belt.
Setelah semuanya terlepas, maka periksa semua part yang ada di dalamnya. Pertama cek lebar belt, usahakan tidak kurang dari 20mm, cek belt sudah retak atau tidak.
"Kalau lebar belt kurang dari 20mm berarti harus diganti. Lalu kalau sudah retak juga harus diganti karena nantinya kerja belt tersebut tidak akan normal," beber Yogi Adi Putro, kepala mekanik bengkel Barokah Motor, kepada detikOto.

2. Anda harus mengecek Roller. Pastikan roller dalam keadaan normal tidak rusak atau permukaannya tidak rata. Karena jika rusak atau tidak rata permukaanya motor Anda akan berjalan tersendat-sendat secara halus. Setelah itu, Anda cek ketebalan roller pastikan tidak kurang dari 17,5 mm.
"Kalau memang harus diganti harus 1 set. Karena kalau tidak nantinya kinerja roller itu tidak akan merata," cetusnya.
3. Usahakan setiap menempuh jarak 8.000 km Anda mengganti oli girbok dan dianjurkan untuk mengganti V-Belt jika sudah mencapai 15.000 km.
4. Filter udara pada CVT harus sering dibersihkan, minimal 3 bulan sekali atau Anda bersihkan jika melakukan servis berkala.
oleh : Asep Sapaat
bro ane tambahin y
hal yg harus di ketahui sebelum memodif CVT

Sebelum bicara dimensi roller saya akan coba clearkan dulu soal percvt dan roller, karena kalau langsung ke demensi roller pasti akan bingung lagi.

Saya akan mencoba menjelaskan prinsip cvt secara lebih sederhana, saya akan misalkan CVT seperti transmisi motor bebek agar lebih mudah dicerna.
Ada dua hal penting di CVT yaitu per CVT dan roller. Kita abaikan dulu parts2 lain di dalam cvt agar lebih mudah penjelasannya.

PER CVT ,
kalau dibandingkan dengan motor bebek maka gunanya per cvt ini adalah menjaga agar motor selalu berada di gigi 1 / gigi yg lebih rendah. (mirip seperti tumit kaki yg neken operan gigi ke belakang)

ROLLER
Sedangkan Roller adalah kebalikan dari per CVT , kalau dibandingkan dengan motor bebek maka gunanya roller adalah agar motor naik ke gigi selanjutnya sampai akhirnya ke gigi 4 atau 5 atau 6 ( mirip seperti jari2 kaki yg neken operan gigi ke depan)

Jadi antara per cvt dan roller ini terjadi gaya tekan menekan , kalau gaya tekan per CVT lebih keras maka motor akan berada di gigi rendah terus tapi sebaliknya kalau gaya tekan roller lebih tinggi maka motor akan pindah ke gigi yg lebih tinggi.
Kalau motor std pakai per cvt 1000 rpm lalu berat rollernya 12gr dan motor ketika ditarik ternyata nariknya halus sampai kec maks.
Lalu per cvt nya kita ganti ke 2000 rpm , per cvt 2000 rpm itu jauh lebih keras dari per 1000 rpm dan kita tetap memakai roller std 12gr maka ketika motor ditarik pasti hentakannya lebih terasa.
Kenapa lebih terasa?
Karena guna nya per cvt adalah mempertahankan motor di gigi yg lebih rendah , dan karena gaya tekan per cvt lebih keras maka motor cenderung berada di gigi yg rendah terus. Bayangkan motor bebek yg digas pol di gigi 1, pasti loncat. dan diopernya ke gigi 2 kalau mesinnya udah nggerung di rpm tinggi maka pasti motor loncat lagi.
Tetapi akibat terlalu kerasnya per CVT yg dipasang, motor Cuma bisa oper sampai gigi 3 aja karena berat rollernya tidak mampu menekan per agar transmisi pindah ke gigi 4. Jadinya motor emang enak buat di gigi 1, 2 dan 3 aja, tapi motor gak bisa pindah ke gigi 4.


Gimana kalau kita tetap pake per CVT 1000 rpm tapi rollernya kita entengin jadi 8 gr?
Efeknya sama aja seperti di atas , walaupun pernya CVT tetap tapi rollernya kita entengin maka berat roller tidak mampu menekan per cvt jadinya ya sama aja , motor tarikannya enak tapi gak bisa pindah ke gigi 4.

Gimana kalau per kita ganti ke 2000 rpm dan roller kita naikan ke 20gr, maka hasilnya ya hampir sama seperti standarnya karena gaya tekan per seimbang dengan berat roller
Gimana kalau per tetap di 1000 rpm tapi roller kita ganti jadi 20gr, nah yg ini hasilnya seperti kalau kita mindah gigi terlalu cepat , jadi kalau misal pake motor bebek startnya pake gigi 2 lalu baru di gas sebentar udah pindah ke gigi 3, lalu di gas dikit lagi pindah lagi ke gigi 4. Mesin terdengan halus karena gak perlu rpm tinggi motor udah pindah ke gigi selanjutnya.
Jadi sederhana kan kalau pengen motor tarikannya kenceng ya pake per yg lebih keras/ roller lebih enteng aja supaya motor tetep di gigi rendah dan baru pindah setelah mesin teriak , tapi akibatnya motor gak bisa pindah gigi 4 dan sudah pasti jauh lebih boros.
Sebaliknya kalau pengen irit dan mesinnya halus ya pake aja roller yg lebih berat/ per yg lebih lunak.

Nah yg bikin bingung itu ternyata gak semua per cvt yg keluar dari pabrik itu sama kerasnya dan juga gak semua mesin yg keluar dari pabrik itu punya performa yg sama.
Jadi kalau pernya kerasnya gak sama dan mesinnya tenaganya juga gak sama, kalau kita pake roller yg beratnya sama untuk semua motor matic udah pasti karakternya tiap motor bakal beda beda.
Kalau ada yg bilang 9 gr bagus untuk motor si A maka saya sarankan anda tidak percaya hal itu 100% karena berat roller 9 gr itu jelas bagus di motor A tapi belum tentu di motor B.
Gimana bisa sama kalau kita gak tau seberapa besar beda power mesin A dan B , belum lagi per CVT nya kerasnya sama atau tidak, belum lagi kalau kita bicara panjang belt, sudut ramp pulley dll.
Jadi saya sarankan coba-coba, karena tiap motor dan ridernya punya beda karakter dan beda power mesin.
Cara yg ideal adalah Pertama ganti per yg lebih keras lalu mainkan berat rollernya, untuk menemukan karakter yg pas. Tapi pasti akan menelan biaya yg lumayan mahal karena anda harus beli berbagai macam berat roller.
Cara yg paling murah adalah tetap pake pakai per anda yg sekarang dan sedikit demi sedikit entengin roller std anda sampai ketemu karakter yg pas dengan anda tanpa banyak mengorbankan top speed.
mudah2an membantu

1 komentar: